Jiwa yang Merdeka

"Seseorang harus menghormati opini publik sejauh yang diperlukan untuk menghindari kelaparan dan untuk menghindari penjara, tetapi apa pun yang melampaui hal ini adalah penyerahan sukarela kepada tirani yang tidak perlu, dan kemungkinan besar akan mengganggu kebahagiaan dengan berbagai cara."

- Bertrand Russell

Seseorang haruslah menghormati opini publik sejauh yang diperlukan untuk menghindari kelaparan, kemiskinan, kebangkrutan, ketakutan dan untuk menghindari penjara. 

Tetapi apa pun yang melampaui hal ini adalah bahasa lugas untuk penyerahan sukarela kepada tirani yang tidak perlu, dan kemungkinan besar akan mengganggu kebahagiaan dengan berbagai cara.

Orang yang masih memiliki perasaan takut, khawatir, ragu-ragu, tertekan, terbelenggu, dan sejenisnya, sebenarnya adalah orang yang terjajah, atau jiwanya belum merdeka. Banyak hal yang melahirkan jiwa terjajah itu. Adakalanya adalah berupa suasana, keadaan, cita-cita, harapan, dan juga sesuatu yang belum diketahunya.

Bagaimana bisa orang yang tidak merdeka bisa bahagia? Orang yang jiwanya tidak sedang merdeka, secara sederhana, bisa tampak dari penampilannya, ucapannya, dan bahkan juga tulisannya. Orang yang berjiwa merdeka biasanya mampu tampil apa adanya, mantap, tegas, dan begitu pula sebaliknya. Orang yang jiwanya sedang tidak merdeka, maka ketakutannya juga kelihatan. 

Sebaliknya, orang yang jiwanya merdeka, maka akan mampu berbicara dan juga bahkan menulis dengan jernih dan mudah dipahami. Orang yang takut atau khawatir berbuat salah, maka bicaranya tidak karu-karuan, tulisannya tidak bisa dipahami, dan atau bahkan sama sekali tidak mampu menuangkan buah pikirannya.

Komentar

Postingan Populer