Belajar Kalimat Tauhid : لا اله الا الله

I’RAB لا اله الا الله

Jalan-jalan ke ibu kota
Pulang kampung naik kereta
Ilmu itu bagaikan pelita

Menerangi alam semesta.

Kalimat لَا إِلَهَ إِلاَّ الله bermakna لآ معبود بحق إِلاَّ اللهُ yaitu tidak ada sesembahan yang berhak dan wajib disembah melainkan Allah saja.


Dalam rumah wangi setanggi
Lebih wangi pohon meranti
Dengan ilmu derajat tinggi
Dengan ikhlas pahala menanti.


Rasa ingin tahu adalah sifat dasar manusia. Ingin dekat dengan dengan manusia saja kita setengah mati usahanya. Apalagi ingin dekat dengan Allah. Kadang kita menegasi orang lain jika sedang berbicara dengan orang yang kita anggap penting. Apa sih negasi itu?

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), negasi adalah penyangkalan, peniadaan, atau kata sangkalan seperti kata 'tidak' dan 'bukan'.

Pembelajaran saya dapatkan dari berbagai pengajian yang saya catat dan kumpulkan. Dari KH. Zubeir Suryadi, Lc, Ust. Andri Kurniawan, Ust. Abdullah Saleh Hadrami, Ust. Adi Hidayat yang kemudian saya cari banyak referensi kitab dan berguru langsung kepada beliau baik langsung (talaqqi) ataupun tidak langsung (melalui media online).

Kitab rujukan antara lain : Awwamil, Kitab Matan Jurumiyyah, Nadhom Imrithi, Amtsilah Tashrifiyah (Shorof) , dan Al Fiyaah, dll. 

Bismillah, mencoba dengan segala kekurangan dan kepasrahan sebagai hamba yang faqir .

Pertama, (لا) = Laa nafiyatul jinsi (menafikan semua jenis) beramalan inna yaitu memanshubkan isimnya dan memarfu’kan khobarnya.

Kedua, (إله), kata ilah merupakan isim (kata benda) yang mengikuti pola kata fi’il (فعال). 

Ketiga, (الاّ) adalah huruf istisna. illa berfungsi mengitsbatkan kalimat yang manfi. Dalam kaidah bahasa Arab, itsbat (kalimat positif) sesudah nafi (kalimat negatif) itu mempunyai maksud al-hashru (membatasi) dan taukid (menguatkan). 

Keempat Lafadz jalalah “Allah” sebagai badal (pengganti) dari khobar laa yang dibuang. Ingat, khobar laa mempunyai i’rob marfu’, maka badalnya yakni lafadz jalalah “Allah” juga ikut marfu’, yang mana lafadz jalalah “Allah” ini adalah isim mufrod (kata tunggal) yang marfu’ dengan tanda dhommah sehingga berbunyi “Allahu”.

Jadi, sebenarnya dari kalimat : Laa ilaha illallah, ada kata yang dibuang karena maknanya sudah maklum, sehingga kalimat ‘Laa ilaha illallah ‘di baca dengan mentakdirkan khobar laa yang dibuang dengan “haqqun” atau “bihaqqin“. Sehingga menjadi :

لَا إِلهَ حَقٌّ إِلَّا اللهُl

laa ilaaha haqqun illallahu artinya : Tiada tuhan (yang benar) selain Allah). 

Ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an :

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنََّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ الْبَاطِلُ وَأَنََّ اللَّهَ هُوَالْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq, dan apa saja yang mereka seru selain Allah adalah bathil. Dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Luqman: 30)

Ayah ibu pergi merenung
Perut lapar tak jua makan
Walau ilmu setinggi gunung
Tiada guna tak diamalkan.

Wallahua'lam bisshowab.

Referensi : 

Tafsir Ibnu Jarir. Fathul Majid . Madarij As-Salikin. At Tamhid

Sumber : 
https://belajarbacakitab.blogspot.com/2009/12/irab-surat-al-ashr.html?m=1

Komentar

Postingan Populer