Pola Pikir "One-Size-Fits-All" dan Berpengaruh Pada Hidup Kita Sehari-hari

Pola Pikir "One-Size-Fits-All"



Pola Pikir "One-Size-Fits-All"

Pendekatan administratif terhadap kurikulum sering kali menghasilkan pendekatan "one-size-fits-all," di mana semua siswa diharapkan mengikuti pola yang sama tanpa memperhatikan perbedaan individu. Ini dapat menghambat kreativitas, pengembangan potensi unik, dan kesiapan siswa dalam menghadapi tantangan beragam di dunia nyata.


Mengabaikan pentingnya kurikulum dalam pendidikan adalah tindakan yang merugikan masa depan generasi penerus. Kurikulum yang diacuhkan cuman sebagai administrasi berpotensi menghasilkan lulusan yang tidak siap menghadapi dunia, tidak relevan dengan perkembangan teknologi dan masyarakat, serta terhambat dalam pengembangan potensi individu. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus memahami bahwa kurikulum bukanlah sekadar tugas administratif, tetapi inti dari perubahan dan perkembangan pendidikan yang berkualitas.


Kurikulum merupakan landasan utama dalam sistem pendidikan yang menentukan apa yang diajarkan kepada para siswa. Sebuah kurikulum yang baik haruslah disusun oleh para ahli yang memiliki pemahaman mendalam tentang pendidikan, perkembangan anak, serta kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Namun, ada kalanya kurikulum dipegang oleh orang yang bukan ahlinya dalam bidang ini, dan inilah dimana potensi bahaya muncul.


“Bersegeralah melakukan enam hal sebelum datang kematian: dari pemimpin bodoh, banyaknya ajudan (aparat yang tak menjalankan hukum dengan adil), hukum diperjualbelikan, darah tertumpah dengan mudah, saling memotong tali silaturrahmi, dan keturunan yang menjadikan Al Qur’an bagaikan seruling, mereka dahulukan siapa saja yang bisa menyanyikannya walaupun dia adalah orang yang tidak mengerti persoalan agama.”  (HR. Ahmad).


Sumber : https://hidayatullah.com/kolom/akhir-zaman/2021/01/26/200144/tanda-akhir-zaman-10-keadaan-mirip-kondisi-saat-ini.html


Pendidikan adalah pilar utama perkembangan suatu bangsa. Kurikulum, sebagai inti dari sistem pendidikan, memiliki peran krusial dalam membentuk generasi penerus yang kompeten dan berkualitas. Namun, ketika kurikulum diabaikan dan dianggap hanya sebagai urusan administratif semata, potensi bahaya terhadap kualitas pendidikan yang dihasilkan sangatlah besar.


Menyederhanakan Pendidikan sebagai Administrasi Belaka

Salah satu bahaya terbesar adalah melihat kurikulum hanya dari sudut pandang administratif. Hal ini bisa mengakibatkan pendekatan pendidikan yang dangkal, di mana tujuan pendidikan sebenarnya - yaitu mengembangkan kemampuan intelektual, kreativitas, analisis, dan keterampilan sosial siswa - terpinggirkan. Kurikulum yang hanya diatur sebagai tugas administratif cenderung fokus pada pemenuhan target tanpa memperhatikan esensi pendidikan itu sendiri.


Mengabaikan Kebutuhan Edukatif Siswa

Kurikulum yang dianggap hanya sebagai tugas administratif sering kali kurang responsif terhadap kebutuhan dan karakteristik siswa. Setiap siswa memiliki gaya belajar, minat, dan potensi yang berbeda-beda. Kurikulum yang tidak diarahkan oleh pemahaman mendalam tentang perkembangan anak dan pendidikan bisa mengabaikan variasi ini, yang pada akhirnya merugikan kemajuan belajar siswa.


Ketidaksesuaian dengan Tuntutan Masa Depan

Dalam era yang berubah dengan cepat, kurikulum harus mampu mengakomodasi perkembangan teknologi, ekonomi, dan masyarakat. Jika kurikulum hanya dianggap sebagai tugas administratif biasa, kecenderungan untuk tidak memperbarui atau tidak mempertimbangkan perkembangan tersebut bisa sangat tinggi. Hasilnya, lulusan mungkin tidak memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja atau kehidupan modern.


Menghambat Inovasi dan Pembaruan

Kurikulum yang diabaikan sebagai aspek administratif cenderung tidak mendorong inovasi dalam pengajaran dan pembelajaran. Inovasi memerlukan peninjauan terus-menerus terhadap kurikulum, penyesuaian dengan perubahan kebutuhan, serta eksperimen dengan metode pembelajaran baru. Namun, jika kurikulum dianggap sebagai tugas semata, inovasi cenderung diabaikan.


Ketidaksesuaian dengan Standar Pendidikan

Kurikulum yang diarahkan oleh orang yang bukan ahlinya cenderung tidak mematuhi standar pendidikan yang telah ditetapkan oleh lembaga-lembaga terkait. Hal ini bisa mengakibatkan pelajaran yang diajarkan tidak memadai dan tidak relevan dengan perkembangan siswa. Hasilnya, siswa mungkin tidak mendapatkan kualitas pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan, dan peluang mereka dalam dunia akademis dan pekerjaan bisa terbatas.



Gangguan pada Perkembangan Siswa

Kurikulum yang dirancang oleh ahli kurikulum mempertimbangkan tahap perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional siswa. Namun, jika orang yang tidak memiliki pemahaman mendalam tentang aspek-aspek ini yang mengatur kurikulum, risiko gangguan pada perkembangan siswa menjadi lebih tinggi. Materi yang terlalu sulit atau terlalu mudah dapat menghambat perkembangan akademis mereka, dan ini bisa mempengaruhi rasa percaya diri serta motivasi mereka dalam belajar.

Baca juga : https://febbytriandrawold.blogspot.com/2023/08/review-ringkasan-buku-how-to-have.html



Ketidakrelevanan dengan Tuntutan Dunia Kerja

Kurikulum yang baik seharusnya menciptakan siswa yang siap menghadapi dunia kerja yang terus berubah. Dengan perubahan teknologi dan tren industri, kurikulum perlu diperbarui secara berkala oleh ahli yang memahami kebutuhan dunia kerja. Kurikulum yang dipegang oleh orang yang bukan ahlinya dapat mengabaikan tren ini, menghasilkan lulusan yang tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja.


Menciptakan Jurang Pengetahuan

Orang yang bukan ahlinya dalam kurikulum mungkin tidak memiliki wawasan yang cukup tentang perkembangan terbaru dalam bidang pendidikan. Ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan dalam materi yang diajarkan, dengan beberapa aspek penting diabaikan sementara hal-hal yang kurang relevan justru diberikan penekanan yang tidak perlu. Hal ini dapat menciptakan jurang dalam pengetahuan siswa dan merugikan proses belajar mereka.




Upaya Pembenaran

Dalam beberapa kasus, orang yang tidak ahli dalam kurikulum mungkin mencoba membenarkan keputusan mereka dengan alasan-alasan yang kurang valid. Ini bisa mengakibatkan terhambatnya proses perbaikan atau penyempurnaan kurikulum. Karena mereka tidak memiliki dasar pengetahuan yang kuat, upaya pembenaran semacam ini bisa merugikan para siswa dan sistem pendidikan secara keseluruhan.

Baca juga : https://febbytriandrawold.blogspot.com/2023/08/tugas-pendidikan-adalah-mengembalikan.html


Kesimpulan

Pentingnya kurikulum yang baik dalam sistem pendidikan tidak dapat diragukan lagi. Kurikulum yang dipegang oleh orang yang bukan ahlinya dapat mengakibatkan banyak bahaya, mulai dari penurunan kualitas pendidikan hingga ketidakrelevanan dengan dunia kerja. Oleh karena itu, penting bagi lembaga pendidikan dan pengambil keputusan untuk memberikan peran yang tepat kepada para ahli dalam merancang, mengembangkan, dan merevisi kurikulum demi masa depan pendidikan yang lebih baik.

Komentar

Postingan Populer