FALSAFAH “OJOH DUMEH, OJO KAGETAN, OJO GUMUNAN” SEBAGAI NILAI ETIS

Ojo kagetan yang berarti jangan mudah terkejut.

Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sejatinya sudah dituliskan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ojo kagetan sebenarnya mengajarkan kita untuk selalu rendah hati. Walaupun kita saat ini sedang berada dalam puncak kesuksesan, namun sikap tidak mudah kaget terhadap kesuksesan menjadikan kita tidak besar kepala. Begitupula sebaliknya bila saat ini sedang mengalami kegagalan, maka ojo kagetan perlu dimaknai dengan sikap yang menjadikan kita tak putus asa.

Ojo Dumeh adalah pembatas bagi seseorang ketika ia sudah dihinggapi “dumeh” dengan segala predikat yang disandangnya. Keseimbangan dalam ojo dumeh yang sering kita dengar adalah kalimat “koyo ngono yo koyo ngono ning ojo koyo ngono” yang diartikan secara bebas adalah “begitu ya begitu tapi jangan begitu”. Kandungan makna dari kata tersebut adalah kita boleh saja menjadi apa yang kita inginkan tapi kita harus selalu ingat bahwa harus ada keseimbangan antara apa yang kita telah sandang (sebagai penghormatan diri) dengan penghormatan kita terhadap orang lain. Keseimbangan tersebut akan menghasilkan: Komunikasi yang baik, sikap menghargai dan menghormati orang lain, tidak menaruh prasangka, meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama.

Dalam konteks hukum, ojo dumeh memiliki sebagai nilai etis, maka yang memunculkan dan dan mengedepankan nilai baik dan buruk jan juga benar dan salah. Sebagai contoh: “mentang-mentang menjadi polisi kemudian berlaku seenaknya terhadap yang lain.” Posisi dia yang secara individu adalah baik, sebagai polisi adalah baik, namun yang tidak baik adalah perlakuan seenaknya (baca=mentang-mentang sebagai polisi) terhadap yang lain.” Sifat mentang-mentang dengan melanggar nilai-nilai etis itu yang tidak baik.”


Ojo gumunan, yang berarti jangan mudah takjub.

Bila diaplikasikan dalam kehidupan, maka ojo gumunan yaitu sebaiknya kita menyikapi setiap peristiwa hidup dengan bijak dan jauh dari prasangkan. Dalam mengambil keputusan juga perlu sesuai dengan porsinya dan tidak berlebihan. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, banyak sekali tipu daya yang sebenarnya sangat merugikan kita. Sikap tidak mudah takjub membantu kita untuk lebih waspada, karena sesuatu yang terlihat menggiurkan bisa saja hanyalah sekedar jebakan. Selian itu, nilai dari ojo gumunan membuat kita untuk jauh dari sikap yang rakus dan serakah. Sikap serakah membuat kita menjadi lupa diri, sehingga membuat kita menjadi orang yang takabur.



Komentar

  1. Alhamdulillah pagi-pagi sudah mendapat ilmu baru nih, semoga artikel ini menjadi ladang pengetahuan dan menjadi amal jariyah Aamiin.
    "Ojo kagetan" (jangan mudah terkejut). Karena segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sejatinya sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa.

    BalasHapus
  2. belajar filosof dengan referensi dari Aristoteles? Socrates? atau Imam Ghazali? gausah jauh2 dulu, mari belajar melokal dengan belajar filosof ala orang jawa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer